Kompetensi Dasar Pengetahuan
|
3.1. memahami QS Al-Furqan (25):
63, QS Al-Isra’ (17): 26-27, dan Hadis terkait tentang rendah hati, hemat dan
hidup sederhana
|
Kompetensi Dasar Keterampilan
|
4.1.1. membaca QS Al-Furqan (25):
63, QS Al-Isra’ (17): 26-27 dengan tartil
4.1.3. menyajikan keterkaitan
rendah hati, hemat dan hidup sederhana dengan pesan QS Al-Furqan (25): 63, QS
Al-Isra’ (17): 26-27
|
A. MEMBACA AYAT
AL-QUR’AN TENTANG RENDAH HATI, HEMAT DAN SEDERHANA
1. Ayat Al-Qur’an Tentang Rendah Hati
1).
Bacaan QS Al-Furqan [25] : 63
وَعِبَادُ
الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَّ إِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰـمًا
2.
Bacaan QS Al-Isra’ [17] : 26-27
وَ ءَاتِ
ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَ الْمِسْكِيْنَ وَ ابْنَ السَّبِيْلِ وَ لَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيْرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْآ إِخْوَانَ
الشَّـيٰطِيْنِۖ وَ كَانَ الشَّيْطـٰنُ لِرَبِّـهٖ كَفُوْرًا
MENGARTIKAN AYAT AL-QUR’AN
TENTANG RENDAH HATI, HEMAT DAN SEDERHANA
1. Arti Mufrodat, Terjemahan dan Isi
kandungan Q.S. Al-Furqan [25] : 63
Arti Mufrodat QS Al-Furqan [25] :
63:
وَعِبَادُ
|
Dan para hamba
|
الرَّحْمٰنِ
|
Tuhan yang Maha Penyayang
|
الَّذِيْنَ
|
orang-orang yang
|
يَمْشُوْنَ
|
Mereka berjalan
|
عَلَى الْأَرْضِ
|
di atas Bumi
|
هَوْنًا
|
secara rendah hati
|
·
وَّ إِذَا
|
dan apabila
|
خَاطَبَهُمُ
|
menyapa mereka
|
الْجٰهِلُوْنَ
|
orang-orang jahil
|
قَالُوْا
|
Mereka mengucapkan
|
سَلٰـمًا
|
(kata-kata yg
mengan-dung) keselamatan
|
Arti Terjemahan QS Al-Furqan [25] :
63:
أرتيپا :
"دان هامبا-٢ الله ياڠ ماها ڤّپاياڠ ايتو ايالاه اوراڠ-٢ ياڠ بّرجالان دي أتاس بومي دّڠان رّنداه هاتي, دان أڤابيلا اوراڠ-٢ جاهِل مّپاڤا مّرّكا, ماكا مّرّكا مّڠوڇاڤكان (كاتا-٢ ياڠ مّڠاندوڠ) كّسّلاماتان".
(سورة الفُرقان :٦٣)
Pesan Kandungan QS Al-Furqan [25] :
63
QS Al-Furqon [25] ayat 63 secara
garis besar menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang tawadhu’, diantaranya
adalah bertutur kata yang baik lagi sopan dan penuh sikap rendah hati kepada
siapa saja, meskipun kepada orang jahil (orang rendahan yang bodoh, jahat,
kasar dan semisalnya).
Apa yang disebut tawadhu’?.
Tawadhu’ artinya rendah
hati. Maksudnya merasa tidak sombong dan angkuh atas
kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada kita. Kita tidak memiliki
perasaan lebih mulia, lebih hebat, lebih tinggi, lebih pintar, lebih baik,
dan kelebihan-kelebihan lainnya daripada orang lain. Di dalam hati
kita tidak pernah terbersit sedikitpun perasaan sombong atau lebih baik dari
orang lain, serta perasaan bangga dengan potensi dan prestasi yang kita miliki.
Kita tidak merasa malu dan gengsi melakukan apa saja yang bersifat baik dalam
berbagai aktifitas sehari-hari.
Rasulullah SAW menganjurkan agar kita berperilaku tawadhu’
seperti dalam sabdanya,dari ‘Iyadh bin Himar, yang diriwayatkan oleh imam
Muslim :
إِنَّ اللَّهَ اَوْحَى إِلَيَّ اَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لَا يَفْخَرَ اَحَدٌ عَلَى اَحَدٍ وَ لَا يَبْغِيَ اَحَدٌ عَلَى اَحَدٍ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
أرتيپا :
"سّسوڠݤوهپا الله تّلاه مّواحيوكان كّڤاداكو اݤار ساليڠ بّرسيكاڤ رّنداه هاتي, سّهيڠݤا سالاه سّأوراڠ داري كاليان تيداء ساليڠ مّمباڠݤاكان اتاس ياڠ لاين دان تيداء ساليڠ مّنظاليمي اتاس ياڠ لاين".
Rasulullah memberikan teladan yang baik dalam bersikap
tawadhu’, meskipun beliau tergolong orang terhormat dan tinggi derajatnya,
sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Abu Said al-Khudari ra
sebagai berikut ini :
“Jadilah kalian seperti Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW
menjahit sendiri bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan
pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di
pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya. Beliau menemui orang kaya maupun
miskin, orang tua maupun anak-anak; mengucapkan salam lebih dulu kepada siapa
yang berpapasan dengan beliau, baik orang yang lebih tua maupun anak-anak,
kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang
mereka termasuk orang yang suka shalat.
Beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut
perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri
wajahnya, murah senyum pada siapa saja, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan,
mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang
sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik
mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mendatangi undangan dari para budak
dan rakyat jelata lainnya. Bahkan ketika wilayah kekuasaan Islam semakin luas yang
meliputi jazirah Arabia, maka datanglah seorang ‘A’rabiy (rakyat jelata)
menghadap kepada beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, lantas beliau SAW
segera menghampiri orang tersebut dan berkata: “Tenanglah, tenanglah, saya ini
bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging
kering”. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy)
Orang yang rendah hati tidak berarti bahwa dia orang
rendahan, direndahkan atau tidak dihormati oleh orang lain, malahan justru dia
akan terangkat derajatnya dan dihormati & dimuliakan oleh siapa saja yang
melihatnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadis Nabi :
مَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ اللَّهُ وْمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللَّهُ.
(رَوَاهُ البَزَّارْ)
أرتيپا :
"باراڠ سياڤا ياڠ تَوَاضُع (رّنداه هاتي) كارّنا الله ماكا الله اكان مّڠاڠكات دّراجاتپا. دان سياڤا ساجا ياڠ تَكَبُّر (سومبوڠ) ماكا الله اكان مّرّنداهكان دّراجاتپا"
Sifat tawadhu' menimbulkan
rasa persamaan, menghormati orang lain, toleransi, rasa senasib, dan cinta pada
keadilan. Tetapi sebaliknya sifat takabbur membawa seseorang kepada budi
pekerti yang rendah seperti dengki, marah, mementingkan diri sendiri, serta
suka menguasai dan menzhalimi orang lain
2. Arti Mufrodat, Terjemahan dan Isi kandungan QS Al-Isra’
[17] : 26-27
Arti Mufrodat QS Al-Isra’ [17] : 26-27
وَ ءَاتِ
|
Dan berikanlah
|
|
ذَا الْقُرْبٰى
|
Pada keluarga yang dekat
|
|
حَقَّهٗ
|
|
haknya
|
وَ الْمِسْكِيْنَ
|
|
dan orang miskin
|
وَ ابْنَ السَّبِيْلِ
|
|
dan orang yang dalam perjalanan
|
وَ لَا تُبَذِّرْ
|
|
dan jangan mengham-bur-2kan
(hartamu)
|
تَبْذِيْرًا
|
|
secara boros
|
إِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ
|
|
Sesungguhnya Para pemboros
|
كَانُوْآ
|
|
Mereka itu adalah
|
إِخْوَانَ الشَّـيٰطِيْنِۖ
|
|
Para saudara syaitan-syaitan
|
وَ كَانَ
|
|
Dan adalah
|
الشَّيْطـٰنُ
|
|
syaitan
|
لِرَبِّـهٖ
|
|
kepada Tuhannya
|
كَفُوْرًا
|
|
Itu sangat ingkar
|
Terjemahan QS Al-Isra’ [17] : 26-27
أرتيپا : "دان بّريكانلاه هاك كّڤادا كّلوارݤا-٢ ياڠ دّكات, اوراڠ ميسكين دان اِبْنُ سَبِيل (اوراڠ ياڠ دالام ڤّرجالانان). دان جاڠانلاه كامو مّڠهامبور-هامبوركان هارتامو سّڇارا بوروس. سّسوڠݤوهپا الله ڤارا ڤّمبوروس ساودارا-ساودارا شّتان. سّداڠكان شّتان ايتو ساڠات ايڠكار كّڤادا توهانپا" (سورة الإسراء: ٢٦-٢٧ )
Pesan Kandungan QS Al-Isra’ [17] : 26-27
QS Al-Isra’ [17] : 26-27 secara garis besar menjelaskan
tentang pola hidup hemat, sederhana dan menghindari sikap berlebihan (boros),
karena pemborosan merupakan pola hidup syetan. Dengan begitu, para pemboros
adalah teman-teman syetan.
Selain itu, ayat 26 QS Al-Isro’ juga memerintahkan agar kita
tidak bersikap KIKIR / Bakhil, yaitu dengan cara memberikan sebagian harta
(sebagai shodaqoh, zakat, hibah) kita kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, diantaranya kepada fakir-miskin dan ibnu sabil, terutama mereka
yang tergolong keluarga/famili dekat kita.
Apa yang disebut hidup hemat?
Menurut pengertian bahasa, HEMAT artinya berhati-hati &
penuh pertimbangan. Menurut pengertian istilah, HEMAT adalah sikap
kehati-hatian dan penuh pertimbangan dalam membelanjakan harta, serta dalam
menggunakan barang sesuai dengan kebutuhan & kegunaannya.
HEMAT tidak berarti menahan harta secara berlebihan (kikir,
bakhil), akan tetapi membelanjakan harta secara cermat dan hati-hati. Orang
yang berpola hidup hemat akan mampu mengatur harta dan memilih keperluan mana
yang harus didahulukan dan mana yang perlu ditunda, mana yang bermanfaat dan
mana yang tidak ada manfaatnya. Terhadap hal-hal yang tidak ada manfaatnya, dia
akan menahan hartanya (kikir). Bila ada manfaatnya (menurut ajaran agama), baik
untuk dirinya maupun orang lain, baik manfaat di dunia maupun akhirat, maka dia
tidak akan “eman’ atau segan membelanjakan hartanya, meskipun hartanya menjadi
habis (boros).
Jadi, Sikap dan pola hidup HEMAT ini posisinya di
tengah-tengah antara sikap bakhil (kikir, medit) dan mubadzir (boros). Dengan
posisi pertengahan ini dipandang agama sebagai sikap / pola hidup yang terbaik.
Nabi SAW bersabda :
خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا
Artinya “Sebaik-baik
sikap/perkara adalah sikap pertengahan”.
Sikap & pola hidup hemat antara lain tercermin dalam
perilaku sebagai berikut :
1. Hidup secara sederhana dalam
segala hal. Bersikap apa adanya sesuai dengan kondisi yang ia miliki, tidak
suka mengada-ada, dan tidak suka berfoya-foya & hidup mewah.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, bersumber dari informasi Umamah Iyas bin Tsa’labah, bahwa pada suatu
hari para sahabat membicarakan kemewahan duniawi, lalu Nabi SAW bersabda:
أَلَا تَسْمَعُوْنَ؟ أَلَا تَسْمَعُوْنَ؟ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيْمَانِ. إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيْمَانِ.
أرتيپا :
"اڤاكاه كاليان تيداء مّندّڠار؟ اڤاكاه كاليان تيداء مّندّڠار؟ , سّسوڠݤوهپا كّسّدّرهاناأن ايتو باݤيان داري ايمان. سّسوڠݤوهپا كّسّدّرهاناأن ايتو باݤيان داري ايمان".
(رواه أبو داود)
2.
Berhati-hati, cermat dan penuh pertimbangan dalam membelanjakan hartanya. Allah
berfirman dalam QS Al-Furqan : 27
وَ الَّذِيْنَ إِذَا أَنْفَقُوْا لَمْ
يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذَالِكَ قَوَامًا
أرتيپا :
"دان اوراڠ-٢ ياڠ أڤابيلا مّمبّلانجاكان هارتا, مّرّكا تيداء بّرلّبيه-لّبيهان دان تيداء ڤولا كيكير, دان (ڤّمبّلانجاأنپا ايتو) ادالاه دي تّڠاه-٢ انتارا ياڠ دّميكيان". (سورة الفُرقان: ٢٧ )
3. Tidak kikir
(bakhil) dan tidak boros (mubadzir). Allah berfirman dalam QS Al-Isra’ : 29
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً
إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا
مَحْسُوْرًا
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu (kikir, bakhil) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros,
mubadzir), sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal”.( QS Al-Isra’ : 29) .
4. Suka
menabungkan harta yang tersisa dari belanjanya, untuk memenuhii kebutuhannya di
masa mendatang. Nabi SAW bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً اكْتَسَبَ طَيِّبًا وَ أَنْفَقَ قَصْدًا و قَدَّمَ فَضْلًا لِيَوْمِ فَقْرِهِ وَحَاجَتِهِ.
Artinya: “Semoga
Allah memberikan rahmat kepada orang yang mencari harta secara baik (halal).
Dia membelanjakannya secara hemat dan menabungkan kelebihan dari hartanya itu
untuk keperluan pada saat dia fakir-miskin dan membutuhkannya”. (HR Ibnu
Najjar).
Komentar
Posting Komentar